Senin, 03 Oktober 2016

Malam Ini

Kuteriakkan namaku menembus sunyinya malam disela deru angin laju motor ini. Lantang jelas dan agak menyesakkan, kebiasaan yang entah buruk atau baik namun harus dilakukan. Siapa yang akan membantuku menghentikan semua ironi dan karma yang tak pernah berhenti berlari dalam benak ini jika bukan diri ini? Setidaknya lantangnya suaraku mampu meredam (sementara) suara-suara yang saling berteriak di dalam kepala. Aku lelah, kamu lelah, karma terus berputar bagai bumi yang orang global bilang bulat dan terus berputar. Ledakkan kepalaku jika bisa menghentikan semua ini.
Langit yang cerah setelah berhari-hari berawan, mendung, hujan datang tanpa ditebak. Berlari entah mau kemana lagi, kembali ke kenyataan? Namun bukankah semua akhirnya harus terbangun dari mimpi dan kembali meminang keputusan sulit? Malang bagi mereka yang selalu berhadapan dengan keputusan sulit, malang bagi mereka yang terjebak pada masa memilih, malang bagi mereka yang telah memilih namun tak mampu beranjak melakukannya. Bagi yang mampu bergerak maju pun bukan berarti kemalangan terhenti, melainkan berhasil menjajaki hidup di tingkat yang lebih tinggi dan kompleks.
Kosong, langit malam ini kosong. Hanya selimut hitam tanpa awan yang ada. Namun itu ada di depanku, sementara yang terindah ada ketika kepala kutolehkan ke belakang. Hamparan sinar-sinar kecil yang jauh dan takkan pernah terjangkau tersebar indah, mengawalku kembali ke peraduan, memberikan dukungan moral dan sepercik rasa bahagia melihatnya lagi setelah berhari-hari bahkan mungkin berminggu-minggu yang kelam. Kumatikan lampu motor, kumaksimalkan sinar-sinar redup nan indah itu agar bisa menunjukkan cahayanya meski sebuah crane berdiri kokoh dan terang memotong sebagian langit. Sudah sepi, sunyi, dan aku tak boleh berhenti meski hanya sejenak. Akan ada lagi malam-malam seperti ini, ketika langit cerah dan bintang-bintang berserakan tak terhitung. Tanggung jawab masih menunggu meski kuabaikan, harus tetap dihadapi seadanya, sesiapnya. Tanggung jawab yang kukorbankan untuk satu malam durhaka lainnya. Karma lainnya mungkin masih menunggu, dan bertindak seperti biasa takkan membantu. Ada tekad yang yang berusaha kutanamkan dengan ragu, namun mungkin bisa berhasil sehingga cukup aku yang menikmati karma ini.
Dunia apakah ini? Ketika berbuat salah begitu menggoda, ketika angan ini terus bermain.
 Andai…. Andai malam ini aku kembali di puncak merbabu….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar