Kamis, 13 Maret 2014

PIKIRAN ANDA ITU LUAS.....

1 semester... 6 bulan lebih.... siapa sangka dalam waktu sesingkat itu ada banyak sekali yang mampu menggambarkan sebuah kehidupan nyata. welcome to the new world! hanya dengan memejamkan mata, dan aku tau, ia, yang duduk di seberang sana adalah orang baik, dengan senyum ramah, suara tegas dan teman setia yang seberapa banyak pun argumen yang ada di antara mereka, teman itu akan selalu berada di belakangnya.

1 bulan pertama, siapa sangka dengan apa yang bisa kucapai, faktor waktu yang singkat agaknya menjadi alasan utama namaku berada dalam daftar itu, daftar yang saat itu aku tak yakin untuk kembali berkiprah ke dalamnya. siapa aku? hanya orang yang membuang-buang talentanya dan tak pernah siap dengan perubahan yang ada di luar zona nyaman. namun disanalah, orang-orang yang tak ingin kukecewakan berada. sebuah tanggung jawab kuletakkan di atas kepalaku dan di dalam otakku. beban yang sengaja kuletakkan sebagai pengingat bahwa aku harus melakukan perubahan.
mereka hebat.... jauh di atas levelku, bahkan jika aku saat itu masih menjalani latihan rutinku. tempat itu adalah sebuah anak komunitas, dimana di tingkat teratas ada komunitas yang lebih besar, dengan persaingan yang seharusnya terbilang lebih ketat dan menantang. tak pernah kusentuh tingkat itu untuk sebulan itu. terlibat dalam anak komunitasnya saja aku sudah bersyukur. dan disanalah keberanian itu datang. salah satu tetua yang menjadi anggota komunitas atas memantapkan keyakinanku untuk mencoba.

yang pertama adalah yang terberat, berat karena ada banyak pertanyaan dan tempat kosong untuk diisi dalam benakku. tak masalah.

keraguan mulai muncul ketika kompetisi di tingkat anak komunitas usai dan aku mulai menjalani pelatihan rutin. anak komunitas dan komunitas atas. keduanya ada dibidang yang sama, menjadi dasar dan acuan setiap tindakan yang berusaha kulakukan. anak komunitas selalu punya cerita, tentu saja karena ia atau mereka orang yang pernah berkiprah di komunitas atas tampaknya tak puas dengan komunitas atas saat ini. aku merasa jijik saat tanda-tanda, gejala-gejala bahwa cerita itu benar mulai merebak. tidak sampai satu bulan aku berada di komunitas atas.

aku melewati tes itu. aku bertahan, dikeduanya. penilaian adil dan pertanyaan mulai berjamur di dalam diriku. cerita dari anak komunitas tampaknya lebih dari sekadar cerita. itu adalah kata-kata, perasaan dari orang yang gagal bertahan dalam komunitas atas, yang entah apa yang terjadi, pandangan para tetua yang pernah berkiprah itu telah begitu negatifnya, hingga tak menyempatkan cerita positif untuk diperdengarkan.

satu dua cerita, aku masih bisa memilahnya dan memastikan kebenarannya, atau sebetulnya kesalahannya melalui pertanyaan-pertanyaan tersirat di komunitas atas. aku berhasil melihat dari dua komunitas tempatku terlibat, aku berhasil menjauhkan cerita-cerita negatif itu yang hasilnya dapat tetap terlihat, aku bertahan di komunitas atas, karena aku mau dan aku bisa.

sedikit lebih lama, mungkin agak keterlaluan. bagaimana aku membuat kesalahan fatal. aku tak pernah mempertanyakan kebenaran setiap cerita yang terlontar di anak komunitas. aku tak pernah membela siapa pun. aku menjadi pendengar bisu yang langsung membuang cerita yang menurutku tentunya tak menyentuh kebenaran sedikit pun dan tercengan dengan setiap cerita yang ada kemungkinan terjadi namun tak pernah kusangka. seharusnya aku mampu membela sesuatu yang kuanggap benar. hanya aku yang mampu menilai dengan benar dan memang seharusnya hanya aku, karena aku mendapat asupan dari 2 komunitas, satu yang selalu penuh cerita (yang belakangan kuketahui tingkat kebohongannya sangat parah) dan satu lagi yang bahkan tak pernah membahas sedikitpun tentang anak komunitas, apalagi membahas negatifnya (padahal sebagian besar berada di anak komunitas yang sama, hanya mereka tak sempat untuk terlibat dengan rutin).

akibat yang fatal itu sungguh menggangguku. siapa sangka cerita-cerita yang merebak itu menjadi sumber trauma terbesar bagi anggota anak komunitas untuk maju ke tingkat komunitas atas. cerita-cerita itu, tak pernah ada yang membantah, membuat anggota-anggotanya memilih diam dan menutup diri dari dunia komunitas atas. aku terlambat.



satu semester lebih dan siapa sangka aku pun merasa tak tahan lagi. ini sudah termasuk pencemaran nama baik. maka keputusan memastikan cerita itu benar atau harus memasuki tingkat yang lebih bahaya. siapa sangka aku akan menjadi tukang adu, siapa sangka aku akan menjadi orang yang meberi alasan bagi komunitas atas untuk angkat bicara tentang anak komunitas.

seseorang, temanku, anggota anak komunitas yang tampaknya sudah merasa lelah sejak lama sebelum aku merasakan hal yang sama. dan sekarang namanya sedang buruk, entah siapa yang menyebabkannya. berpapasan dengan beberapa anggota anak komunitas dan semua menjadi dingin seolah tak ada perasaan kenal diantara mereka. dingin itu yang menjadi pertanyaan karena terlontar dari anggota-anggota yang bahkan bukan fokus masalah ini.
semua ini hanya berpusat pada beberapa orang dengan cerita-cerita negatif, yang entah bagaimana merebak. aku yang mengadukan segudang cerita tak mendapat imbas apapun / belum dari anak komunitas, tapi siapa yang tau? temanku ini tak menyulut api, aku.... tapi ia yang terbakar. hanya saja ia tak membiarkan api itu membakarnya. ia membiarkan dirinya meredam api itu dan dan menghadapi kobaran-kobaran api disekelilingnya dengan es tebal yang siap mencair kapan saja saat api itu siap untuk reda pula.


di keadaan yang serentan ini, semua tak ada yang mampu menekan. seberapa kuat keyakinanmu dan seberapa mampunya kamu mmelihat dari sisi yang ada. sebagian orang terjebak dengan pandangan anak komunitas yang membuat mereka salah menilai. tidak ada yang menyalahkan, hanya saja, cobalah melihat dari 2 sisi untuk masalah ini. kamu, anggota anak komunitas bukan orang yang kuanggap merintis ini semua, tapi kenapa kamu bersikap seolah-olah aku telah menusukmu dari belakang, yang berimbas ke temanku.