Rabu, 30 November 2016

LIKE THE SUNSHINE

You're too easy to be noticed
you're too easy to be seen
And people do see and notice
May be that’s why i didn’t notice and see you
Because i am afraid i couldn’t stop when i decide to start
And when i start, i know I WANT YOU

I lived day by day, doing the same over and over
I breathe second by second, wanting something unreachable
And then i fell for the umpteenth time, wounded and broken
But you were there, did your magic, woke me up and opened my eyes
And even when you’ve healed me, i know I NEED YOU
 
Your hand is the only thing i want to hold
Cause the spaces between my fingers are right where yours fit perfectly
Your body is the only thing i want to hug
Cause i couldn’t deny the peace when you’re around
Your eyes is the reason why i can’t see the other
Cause your magic woke me up and makes me realize the way an angel work like a sunshine
And i know, i feel the butterfly in my stomach after a very long time
 
You are on my mind, won’t go
And i see myself in front of mirror, I tell myself that I LOVE YOU
 

A month since the first time I watched you sleeping

jumat, 25/11/2016 2:42 am 

Selasa, 15 November 2016

Andong 1726 mdpl

Ada yang salah dengan langkah ini, dengan tekad ini. Ada yang nyata dengan motivasi, ada yang benar tentang tujuan ini dan ada yang salah dengan tubuh ini. Sedikit dampak kerasnya cuaca menguji ketahanan yang dimiliki oleh sebuah raga, ketika rasa lelah dan sakit cukup tinggal dalam pikiran dan termusnahkan dengan mudah....

Enggan ada tapi tak mampu bersaing dengan secercah sinar yang menuntun, dan menggerakkan sesuatu dalam diri untuk berada di sampingnya. Mungkin ada yang berharap dari diri ini untuk memastikan lebih bahwa semua ini memang nyata dan bukan sekadar perjuangan kosong lagi, atau secercah keinginan untuk menjadi berarti bagi cahaya itu meski tak sungguh mengerti.
Biarlah dunia berjalan seperti ini ketika indah akhirnya kurasakan, ketika sebuah sayang tak lagi sendiri, ketika khawatir dan peduli mendorongku untuk tak melepasnya.

Jalan setapak sedang kurangkai dalam imajinasiku, mencoba membatasi ketakutan dan keriangan yang begitu besar. Dingin seperti es sudah meneror sepanjang jalan bermotor, melemparku pada perjalanan satu tahun setengah yang lalu, dengan motivasi yang nyata namun hanya sebatas khayal.

Ketika kamu merasakan tanganmu tak lagi menggenggam udara kosong, apalagi yang diperlukan? Jemarinya di sela jemarimu, tatapan matanya tak pernah jauh, dan hadirnya tak pernah lebih membekas dari saat ini. Salahkah jika semua ini akhirnya nyata? Bagaimana jika semua perjuanganku saat ini bukan untuk mendapatkan seseorang yang takkan pernah ada? Namun perjuangan menjelang waktu untuk sebuah cahaya yang hadirnya tak pernah kuanggap hingga akhirnya menjadi sesuatu yang terlalu besar untuk kugenggam.

Nafasku berat, dan ....berisik. tubuhku tak lagi sesehat dan seringan dahulu tapi aku masih disini. Kukira semua tenagaku telah habis hanya untuk berjuang tanpa arah tanpa pasti... tapi apa daya jika sesuatu berhasil memancing semua tenaga yang tersembunyi, seolah alam bahwa sadarku tau untuk tak membiarkanku membuang tenaga sia2, ia menyimpan sebagian besar, menunggu seseorang untuk menyalakannya.

Beristirahat ketika lelah... merasakan udara dingin yang merambat melalui hidung hingga ke dada, suatu siklus kehidupan yang tak mungkin dihindari dan terasa agak menyakitkan jika tanpa persiapan pada saat itu. Sunyinya malam itu tak lagi pasti karena bising deru nafasku, memalukan tapi aku tak berhenti sehingga cukup untuk pembelaan.  Siapa sangka alasan untuk tak berhenti ada di hadapanku, aku cukup memandangnya dari belakang, mengetahui ia terus bergerak dan aku akan tetap memaksakan langkahku, ketika betis terasa panas dan dada begitu dingin.

Masih dengan hamparan bintang yang akan selalu kukagumi, selalu...

Ini bukan merbabu, bukan pula aku yang lama...
Ini Andong, dan diriku yang mencoba ada di setiap waktu yang kamu jalani
Ini Andong, dan dengan doa yang baru
Ini Andong dan dari 1726 Mdpl serta cahaya sunrise, aku berteriak sunyi bahwa aku ada disini bersamamu...

Kelas MSDM 303
Rabu 16 nov 2016

Senin, 07 November 2016

THE WEEK (part 2) - LESSON

Ada 3 kali kesempatan dan satu telah gugur, bukan tanpa alasan jika 2 kesempatan terakhir menjadi tumpuan tekad dan harapan. Ada pikiran jernih untuk mengurangi beban hari H ke dua dengan menambah jam istirahat untuk memfokuskan diri. Sedikit kritik untuk pihak manajemen, atau lebih tepat disebut kecaman jika keluar dari mulut ini, namun terlalu luang rasanya untuk mengurus hal-hal semacam itu. Agak sedih jika dirasa ketika aku membutuhkan semua dukungan yang ada, dukungan itu justru membalik semua yang ada merasa mereka lah yang perlu didukung, namun begitulah kita, mengungkit kebaikan kita dan keburukan orang.

Sebuah persiapan yang tidak biasanya diupayakan, kami sendiri, tidak ada yang menopang dan memanjakan seperti biasa. Suatu berkah dan keberuntungan ketika seorang menawarkan bantuan utama yang memang kami butuhkan, sebuah tempat untuk bermalam dengan harapan dapat mengurangi beban lelah dan menyatukan focus lebih dalam.

Esok ini merupakan keharusan, tidak ada lagi main-main, semua harus dimenangkan hari ini atau kami, aku hancur dengan reputasi dan mental kami tidak akan bertahan. Tidak salah jika aku berpikir demikian, biar bagaimana pun aku juga memerlukan sedikit motivasi yang bisa memberiku titik terang apa yang harus kulakukan untuk ke depan dan sampai saat ini belum ada yang benar-benar mampu membuatku percaya bahwa aku mampu dan tim ini layak untuk mendapat tempat di dalam persaingan yang nyata ini.

Tempat seadanya bukan masalah bagiku, reputasiku sangat bagus untuk dapat memejamkan mata dan menghilang dari alam nyata dimanapun, kapan pun dan dalam keadaan apapun. Namun malam itu berbeda, aneh rasanya ketika matamu begitu berat dan telah terpejam, namun alam bawah sadarmu tak juga mengambil alih. Setiap detik yang kulalui membuatku merasa semakin bingung dan takut, aku mengerti bahwa aku membutuhkan setiap detik istirahat dan setiap detik lelap untuk tenagaku esok hari. Namun itu semua tak kunjung menghampiri. Fajar kusongsong dengan mata berat dan kantuk yang tak terpuaskan. Khawatir memenuhi benakku tapi aku tak bisa apa-apa lagi.

Sarapan pagi itu adalah salah satu berkah lainnya, sedekah yang sangat kusyukuri dan kuharap begitu juga bagi yang lain.

Aku terduduk, hanya bisa bersyukur pada orang-orang yang mampu menjadi penopang tim ini, mereka berjuang mati-matian, meninggalkanku yang tak berdaya, gagal memberikan sedikit kontribusi pada hari yang berat ini. Seharusnya itu menjadi cobaan mudah, namun tekanan dalam diri, ketidaksiapanku membuat hari itu begitu berat. Lelah….. lelah untuk melihat diriku gagal lagi, dan nyaris timku gagal juga.

Ada suatu titik dimana semua ini tertulis terlalu harafiah, entah keputusasaan atau menunjukkan ketidakmampuanku lagi dalam melukis dalam kata-kata.

Singkatnya, karena ini sudah berlalu begitu lama dan lelah sudah untuk menjelaskan terlalu detail semua yang saat itu ingin kutulis, kami gagal.


Perjuangan terakhir menjadi perjuangan paling layak yang bisa kami persembahkan selama turnamen ini, dengan sedikit bantuan doping, sebenarnya sangat membantuku, aku mampu untuk menunjukkan sebagian diriku yang dulu. Kami tidak layak tersingkir, kami berada di grup neraka, berjuang habis-habisan hanya tertera di acara ketiga, namun mental kami setidaknya tertempa. Beda cerita jika kami berada di grup sebelah, kami takkan pernah benar-benar melihat betapa kami itu jauh dari sempurna, hanya ada persaingan gengsi.