Senin, 07 November 2016

THE WEEK (part 2) - LESSON

Ada 3 kali kesempatan dan satu telah gugur, bukan tanpa alasan jika 2 kesempatan terakhir menjadi tumpuan tekad dan harapan. Ada pikiran jernih untuk mengurangi beban hari H ke dua dengan menambah jam istirahat untuk memfokuskan diri. Sedikit kritik untuk pihak manajemen, atau lebih tepat disebut kecaman jika keluar dari mulut ini, namun terlalu luang rasanya untuk mengurus hal-hal semacam itu. Agak sedih jika dirasa ketika aku membutuhkan semua dukungan yang ada, dukungan itu justru membalik semua yang ada merasa mereka lah yang perlu didukung, namun begitulah kita, mengungkit kebaikan kita dan keburukan orang.

Sebuah persiapan yang tidak biasanya diupayakan, kami sendiri, tidak ada yang menopang dan memanjakan seperti biasa. Suatu berkah dan keberuntungan ketika seorang menawarkan bantuan utama yang memang kami butuhkan, sebuah tempat untuk bermalam dengan harapan dapat mengurangi beban lelah dan menyatukan focus lebih dalam.

Esok ini merupakan keharusan, tidak ada lagi main-main, semua harus dimenangkan hari ini atau kami, aku hancur dengan reputasi dan mental kami tidak akan bertahan. Tidak salah jika aku berpikir demikian, biar bagaimana pun aku juga memerlukan sedikit motivasi yang bisa memberiku titik terang apa yang harus kulakukan untuk ke depan dan sampai saat ini belum ada yang benar-benar mampu membuatku percaya bahwa aku mampu dan tim ini layak untuk mendapat tempat di dalam persaingan yang nyata ini.

Tempat seadanya bukan masalah bagiku, reputasiku sangat bagus untuk dapat memejamkan mata dan menghilang dari alam nyata dimanapun, kapan pun dan dalam keadaan apapun. Namun malam itu berbeda, aneh rasanya ketika matamu begitu berat dan telah terpejam, namun alam bawah sadarmu tak juga mengambil alih. Setiap detik yang kulalui membuatku merasa semakin bingung dan takut, aku mengerti bahwa aku membutuhkan setiap detik istirahat dan setiap detik lelap untuk tenagaku esok hari. Namun itu semua tak kunjung menghampiri. Fajar kusongsong dengan mata berat dan kantuk yang tak terpuaskan. Khawatir memenuhi benakku tapi aku tak bisa apa-apa lagi.

Sarapan pagi itu adalah salah satu berkah lainnya, sedekah yang sangat kusyukuri dan kuharap begitu juga bagi yang lain.

Aku terduduk, hanya bisa bersyukur pada orang-orang yang mampu menjadi penopang tim ini, mereka berjuang mati-matian, meninggalkanku yang tak berdaya, gagal memberikan sedikit kontribusi pada hari yang berat ini. Seharusnya itu menjadi cobaan mudah, namun tekanan dalam diri, ketidaksiapanku membuat hari itu begitu berat. Lelah….. lelah untuk melihat diriku gagal lagi, dan nyaris timku gagal juga.

Ada suatu titik dimana semua ini tertulis terlalu harafiah, entah keputusasaan atau menunjukkan ketidakmampuanku lagi dalam melukis dalam kata-kata.

Singkatnya, karena ini sudah berlalu begitu lama dan lelah sudah untuk menjelaskan terlalu detail semua yang saat itu ingin kutulis, kami gagal.


Perjuangan terakhir menjadi perjuangan paling layak yang bisa kami persembahkan selama turnamen ini, dengan sedikit bantuan doping, sebenarnya sangat membantuku, aku mampu untuk menunjukkan sebagian diriku yang dulu. Kami tidak layak tersingkir, kami berada di grup neraka, berjuang habis-habisan hanya tertera di acara ketiga, namun mental kami setidaknya tertempa. Beda cerita jika kami berada di grup sebelah, kami takkan pernah benar-benar melihat betapa kami itu jauh dari sempurna, hanya ada persaingan gengsi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar